Jaga Kesehatan

Paru-paru Kita

FREEPIK

Mematuhi protokol kesehatan merupakan salah satu upaya mencegah terinfeksi.

Paru-paru merupakan organ yang sangat sensitif. Terlebih inilah salah satu organ dalam yang berhubungan dengan dunia luar secara langsung.

 

Namun, penyakit paru-paru dan pernapasan menjadi hal yang amat disoroti saat ini. Setidaknya ada lima jenis penyakit utama, yaitu kanker paru, tuberkulosis, infeksi saluran pernafasan atau pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan penyakit asma, di samping permasalahan polusi udara dan juga rokok.

 

Itu pula yang dialami oleh Krisna Purwanto (61 tahun). Dokter mendiagnosis dia menderita PPOK sehingga harus menjalani terapi obat selama berbulan-bulan. ‘’Tapi selain obat,  saya juga disarankan untuk rutin berolahraga. Setiap hari saya berjalan keliling kompleks saja selama satu jam di bawah sinar matahari pukul 10.00,’’ ujar Krisna saat dihubungi pekan lalu.

 

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR Dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR,  tak menampik bahwa ada jutaan orang yang menderita penyakit paru dan pernapasan.

 

Seperti kasus kanker paru. Dia mengatakan ada sebanyak 1,6 juta orang yang meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru. Sementara, 2,5 juta bukan perokok meninggal dunia akibat gangguan kesehatan yang dipengaruhi oleh rokok atau perokok pasif. “Ini dapat dicegah jika pengendalian tembakau dapat dilakukan. Karena penyebab utama dari kanker paru adalah merokok,” jelas dia.

 

Sementara, ada sebanyak 10 juta orang menderita tuberkulosis yang 1,8 juta di antaranya meninggal dunia setiap tahun. Menurut Agus, kondisi semakin serius karena saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai penderita tuberkulosis paling banyak di dunia.

 

Selanjutnya, pneumonia menjadi penyebab utama kematian pada kelompok muda dan kelompok tua. Ada sebanyak empat juta orang meninggal akibat penyakit ini setiap tahunnya. “Vaksinasi merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit infeksi pneumonia,” jelas Agus.

MUFID MAJNUN/UNSPLASH

Penyakit infeksi lainnya adalah airborne infection disease. Beberapa di antara penyakit yang termasuk dalam penyakit infeksi paru-paru itu antara lain SARS, MERS, H1N1, dan pandemi Covid-19. Agus mengatakan, selama ini penyakit-penyakit tersebut berulang penularannya.

 

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) juga menjadi salah satu penyakit yang cukup banyak memakan korban jiwa. Sebanyak 384 juta orang menjadi penderita PPOK di seluruh dunia. Sebanyak tiga juta di antaranya mengalami kematian. “Faktor risiko terbesar adalah perokok dan polusi udara, serta paparan debu,” kata dia.

 

Ada pula asma yang merupakan penyakit obstruksi lainnya. Ada sebanyak 334 juta orang di dunia yang mengalami asma dan sebanyak 14 persen di antaranya mempengaruhi anak-anak. Sedangkan, angka kematian akibat penyakit ini adalah 489 ribu orang per tahun.

 

Polusi udara

 

Masalah polusi udara, menurut Agus, merupakan masalah utama saat ini yang menjadi perhatian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun saat ini mengeluarkan panduan nilai ambang batas dari partikel-partikel dan gas yang ada dalam polutan. Hal itu pun menjadi hal yang patut diperhatikan sebagai salah satu parameter. Sebab, itu berdampak sangat tinggi kepada kesehatan kita.  “Dua miliar orang yang terpajan asap polusi udara di luar ruangan, dan 1,6 juta di antaranya menghirup polusi udaranya. Ini akan memberikan dampak kepada kesehatan,” jelas Agus.

 

Menurut data yang dihimpunnya, sebanyak 21 persen kasus pneumonia terkait dengan polusi udara. Sebanyak 20 persen kasus stroke, 34 persen kasus jantung koroner, serta 19 persen kasus PPOK, juga terkait dengan polusi udara.

Vaksinasi merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit infeksi pneumonia.

“Kalau kita lihat dampaknya dari polusi udara ada iritasi, bronkitis, penyakit jantung pembuluh darah, asma, ISPA, gangguan fungsi paru, PPOK, gangguan paru, dan gangguan neurologik. Variasi penyakit dari polusi udara itu sangat luas,” jelas dia.

 

Polusi udara tak hanya terjadi di luar ruangan atau di luar rumah saja. Polusi udara juga bisa terjadi di dalam ruangan, bahkan di dalam rumah kita. Polusi udara di luar ruangan biasanya ditimbulkan dari asap kendaraan dan juga asap produksi pabrik.  "Tapi di dalam ruangan seperti dalam perkantoran, atau bahkan di rumah kita sendiri, itu ada sumber-sumber (polusi) dalam ruangan yang bisa muncul," kata Agus.

 

Pada dasarnya, sumber polusi udara dalam ruangan terdiri atas komponen gas dan komponen partikel. Contoh komponen gas yang bisa muncul adalah gas yang dihasilkan dari proses memasak, terutama di rumah-rumah yang masih menggunakan kayu bakar atau gas-gas dari gas kompor yang diproduksi saat proses memasak.

 

Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat harus menyadari jika memasak sebaiknya dilakukan di ruangan yang memiliki ventilasi yang baik. Hal itu ditujukan agar udara di dalam ruangan tak terkontaminasi gas hasil masakan.

 

Sumber penyebab polusi atau polutan yang lain adalah partikulat meter (PM) yang bisa diproduksi oleh beberapa hal yang lain. "Misalnya ada proses pembakaran di dalam rumah. Yang paling sering adalah asap rokok yang dihasilkan perokok di dalam rumah. Itu menyebabkan orang yang tidak merokok di dalam rumah bisa menjadi secondhand smoker dan thirdhand smoker," jelas dia.

 

Dia lalu menjelaskan tentang  thirdhand smoke. Itu terjadi pada orang yang menghirup partikel-partikel di beberapa barang di dalan ruangan  seperti tembok, gorden, sofa, dan lain-lain.

 

Penyebab polutan berikutnya obat nyamuk bakar dan mesin-mesin elektronik di rumah seperti printer.  "Itu kalau di perkantoran, printer-printer yang sangat aktif bekerja akan mengeluarkan volatile organics compounds (VOC). Kalau diperhatikan, printer itu bisa mengeluarkan partikel asap halus," kata Agus.

Katakan ‘Tidak’ pada Rokok

FREEPIK

Rokok adalah pencemar udara melalui asapnya, sekaligus hal yang secara langsung memiliki dampak ke paru-paru.

 

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR Dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR, memaparkan angka perokok di Indonesia cukup tinggi. Tiga sampai empat orang dari 10 orang di Indonesia adalah perokok. Ironisnya, kecenderungan perokok saat ini adalah perokok pemula. Ada sebanyak 23 dari 100 anak-anak usia 15 tahun sampai 19 tahun adalah seorang perokok.

 

“Ini sangat mengkhawatirkan bagi kita. Karena kalau kita melihat penyakit-penyakit akibat merokok di seluruh dunia yang terkait dengan paru, seperti ISPA, PPOK, kanker, tuberkulosis, jika jumlah penderitanya diakumulasi, itu menjadi jumlah penderita terbanyak di seluruh dunia daripada penyakit-penyakit lain,” kata Agus.

 

Dia melanjutkan, kanker paru dan PPOK menjadi penyakit yang terkait dengan rokok yang terbanyak ditemukan di masyarakat Indonesia saat ini. “Katakan ‘tidak’ kepada tembakau, lindungi dengan vaksinasi, hirup udara bersih, dan lakukan latihan fisik secara teratur,” kata Agus.

 

Berhenti merokok adalah salah satu cara menjaga paru agar tetap sehat. Agus melanjutkan, merokok baik rokok konvensional maupun elektrik, terbukti memberikan bahaya terhadap penyakit paru, asma, PPOK, kanker paru, sehingga tidak ada batas aman dari rokok konvensional dan elektrik.

 

Saat ini, kecenderungan terjadi prevalensi yang meningkat penggunaan rokok elektrik masyarakat. Nikotin dalam bentuk apa pun termasuk pada rokok elektrik, membuat daya tahan tubuh menurun. sehingga, risiko terjadinya infeksi dan berpotensi adanya karsinogen-karsinogen yang menyebabkan kanker.

 

Oleh sebab itu, dia mendorong kepada masyarakat untuk menghindari rokok dan rokok elektrik baik pada diri sendiri, saudara-saudara, anak-anak, dan teman-teman. Dengan tidak merokok dan tidak mengkonsumsi rokok akan mengurangi risiko penyakit paru yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut.

 

"Risiko jantung koroner menjadi setengahnya setelah kita berhenti merokok dalam satu tahun. Risiko kanker paru juga berkurang menjadi setengahnya setelah kita berhenti merokok dalam 10 tahun. Dan risiko serangan jantung atau stroke menjadi sama dengan bukan perokok setelah 15 tahun berhenti merokok," jelas dia.

 

Dari berbagai riset diketahui, berhenti merokok pada usia berapapun dapat meningkatkan harapan hidup. Riset-riset terbukti menunjukkan perokok cenderung memiliki usia harapan hidup yang pendek dibanding yang bukan perokok serta dibanding orang yang berhenti merokok.

 

Selain itu, dia mendorong masyarakat untuk menghindari asap rokok di lingkungan kita. Sebab, jika kita tidak merokok jangan biarkan orang-orang di sekitar kita untuk merokok. "Jangan izinkan orang merokok di dalam rumah, di mobil, di tempat kerja, dukung aktivitas yang bebas asap rokok, hindari tempat publik yang memperbolehkan merokok," jelas dia.

FREEPIK

Setelah Berhenti Merokok

Ada sejumlah keuntungan yang bisa dialami tubuh kita begitu memutuskan untuk berhenti merokok. Seperti apakah?

Setelah 20 menit berhenti merokok  --> Tekanan darah, denyut jantung, dan aliran darah tepi membaik.

Setelah 12 jam hingga 48 jam pertama berhenti merokok --> Tingkat karbon monoksida di dalam darah kembali ke normal dan nikotin dapat tereliminasi dari sistem sehingga indra pengecap dan penciuman dapat membaik.

Setelah dua pekan hingga 12 pekan berhenti merokok --> Sistem aliran darah membaik dan jantung dapat meningkat. Napas pendek atau sesak dan batuk-batuk berkurang setelah berhenti merokok setelah satu bulan hingga sembilan bulan.

Jangan Lupa Vaksin

Cara lain yang tak kalah penting untuk mencegah terinfeksi penyakit paru dan pernapasan adalah dengan cara vaksinasi. “Vaksinasi dapat menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya. Vaksinasi juga dapat melindungi kita dan orang-orang di sekitar kita terhadap penyakit-penyakit menular di bidang paru, sehingga dapat menjaga kesehatan paru kita,” ungkap Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR Dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR.

 

Vaksinasi merupakan salah satu tindakan untuk pencegahan penyakit infeksi. Dokter spesialis paru, DR. Dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(K), FISR menerangkan, vaksinasi merupakan proses di dalam tubuh, di mana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut, maka tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan atau tidak menjadi lebih berat. “Biasanya hal tersebut bisa terlindungi dengan pemberian vaksin,” jelas Fathiyah.

 

Vaksin sendiri adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau bagiannya, atau zat yang dihasilkannya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga aman. Dia melanjutkan, apabila vaksin ini diberikan kepada seseorang tertentu akan memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu.

 

Tujuan vaksinasi sendiri, kata dia, adalah untuk memutus mata rantai penularan penyakit dan menghentikan wabah atau pandemi. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah untuk mengeliminasi dan mengeradikasi penyakit.  “Sejak kita bayi, kita telah mendapatkan beberapa vaksinasi. Dan vaksinasi sudah terbukti dapat menurunkan beberapa jenis penyakit yang tadinya mematikan,” jelas Fathiyah.

Aktivitas fisik dan olahraga diperlukan untuk stimulasi tubuh agar terpelihara serta memperbaiki kapasitas dari paru.

 

Beberapa jenis olahraga bisa dilakukan secara rutin seperti berjalan kaki, jogging, senam, atau bersepeda. Frekuensinya masing-masing adalah tiga kali dalam satu pekan dan dilakukan selama minimal 30 menit.

 

“Olahraga membuat paru-paru dan jantung terpelihara dengan baik. Kurang olahraga berisiko terjadinya penyakit,” jelas Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR Dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR.

 

Olahraga dan latihan dengan pernapasan menjadi salah satu upaya yang bisa rutin dilakukan. Sebab, latihan pernapasan bisa memperkuat kondisi dan komponen paru, membersihkan racun-racun dan memperbaiki kebersihan saluran pernapasan.

 

Salah satu latihan sederhana dengan pernapasan adalah dengan duduk santai di ruangan yang sepi, menutup mata, dan bernapas dalam-dalam selama lima hitungan. Lalu tahan napas selama beberapa detik, keluarkan pelan-pelan, dan ulangi latihan tersebut selama beberapa kali. “Ini adalah cara sederhana olahraga latihan pernapasan yang dapat dilakukan di rumah masing-masing,” jelas dia.

 

Selain hal-hal di atas, dia menambahkan beberapa hal yang dapat membuat paru-paru sehat. Di antaranya adalah tidur yang cukup, makan makanan yang bergizi, jaga kebersihan diri, dan minum yang cukup.  “Paru yang berfungsi dengan baik dan sehat, maka tubuh akan menjadi sehat,” kata Agus.

top

Lakukan Latihan Pernapasan

WIHDAN HIDAYAT/REPUBLIKA

LE MINH PHUONG/UNSPLASH